Dunia teknologi hijau Tanah Air tengah ramai membicarakan Bobibos.
Bobibos, singkatan dari “Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos!” menggunakan bahan dasar sisa pertanian.
Proses produksi Bobibos memanfaatkan sistem distilasi biomassa dengan efisiensi tinggi.
Bahan baku utama berupa jerami dikeringkan, difermentasi, lalu diproses menjadi bahan cair berenergi tinggi.
“Kami ingin menunjukkan bahwa limbah pertanian bisa jadi energi bersih masa depan,” jelas Aditya Gunawan, penggagas Bobibos.
Riset Bobibos mulai dikembangkan sejak 2023.
Hasil uji menunjukkan kadar RON mencapai 98 dengan emisi karbon lebih rendah 40% dibanding bensin konvensional.
Platform IoT digunakan untuk memantau suhu dan emisi selama produksi.
Pemerintah dan sektor swasta menyatakan dukungan.
Bobibos dinilai sejalan dengan visi Indonesia Net Zero Emission 2060.
Produksi massal ditargetkan dimulai tahun 2026.
Meski potensinya besar, ada sejumlah hal yang perlu diperkuat.
Skalabilitas produksi masih menjadi pekerjaan rumah.
Selain itu, transparansi data riset jadi penting untuk menarik investor.
Ekonom energi terbarukan menilai Bobibos sebagai momentum kebangkitan energi lokal.
Dengan riset berkelanjutan dan dukungan kebijakan tepat, era bahan bakar bersih lokal resmi dimulai.
Biofuel dari jerami ini membuktikan bahwa masa depan bisa lahir dari ladang, dan Indonesia kini punya peluang nyata jadi pemimpin energi hijau di Asia.